Dalam kehidupan manusia, hal yang paling sering dikatakan sebagai sesuatu yang memberikan kesan manis dan pahit sekaliagus adalah “cinta”, yang dalam bahasa yunani kita sebut “eros”. “Eros” atau cinta kepada lawan jenis selalu melingkupi kehidupan manusia selain “Agape” (Cinta Ilahi), “Storge” (Cinta dalam keluarga), dan “Philia” (Cinta dalam persahabatan). Dalam kesempatan ini saya akan membahas tentang “Eros”.
Sebenarnya apakah “eros” itu? Setiap kita pasti memiliki definisi yang berbeda-beda tentang “eros”. Jadi, mari kita lihat definisi “eros” secara umum. “Eros” adalah:
Sekarang, bagaimana manusia menyikapi adanya “eros” dalam dirinya atau pun orang lain?
Sebenarnya apakah “eros” itu? Setiap kita pasti memiliki definisi yang berbeda-beda tentang “eros”. Jadi, mari kita lihat definisi “eros” secara umum. “Eros” adalah:
- Sesuatu yang tidak terdefinisikan.
- Suatu kondisi yang ada dalam diri manusia yang sudah matang secara seksual.
- Sesuatu yang muncul dengan sendirinya tanpa manusia sadari, tiba-tiba saja hal itu sudah ada dalam diri manusia.
- Masih banyak lagi definisi tentang “eros” menurut setiap kita yang terlalu banyak untuk dituliskan di halaman ini.
- Adanya “modal” di alam bawah sadar, misalnya “jatuh cinta pada pandangan pertama”, “tertarik pada…”, “merasa cocok”, “mirip dengan…”, dll. Biasanya mereka ini tidak tahu apa alasan mereka mencintai lawan jenisnya. Misalnya, seorang cewek yang sangat mengidolakan Wallace Huo, tidak menutup kemungkinan cewek itu akan kagum atau bahkan jatuh cinta pada seorang cowok yang wajahnya mirip dengan Wallace Huo.
- Dengan adanya pertemuan rutin, “eros” bisa muncul. Biasanya terjadi dalam sebuah organisasi yang hubungan antar anggotanya sangat erat, sekolah, gereja, tempat kerja, dll.
- Manusia yang belajar mencintai, baik dengan terpaksa atau pun tidak. Biasanya dengan cara memikirkan dan menerima hal-hal yang indah dari yang mau dicintainya. Hal ini sering terjadi pada kaum cewek yang berpandangan kalau “dicintai itu lebih enak daripada mencintai, karena jika aku yang dicintai, aku pasti bisa memiliki cowok itu, tapi jika aku yang mencintai, aku belum tentu bisa memiliki cowok itu”, padahal kalau kita ingin dicintai, kita harus mencintai juga ("Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” Matius 7:12). Hal ini juga biasa terjadi pada pasangan yang dijodohkan, dari belajar mencintai, “eros” akan muncul.
Sekarang, bagaimana manusia menyikapi adanya “eros” dalam dirinya atau pun orang lain?
- Menerima “eros” (baik yang mencintai atau pun yang dicintai) sebagai hal yang wajar yang bisa terjadi pada setiap manusia.
- Pikirkan, renungkan, pergumulkan di hadapan Tuhan, apakah kriteria orang yang kita cintai atau yang mencintai kita sesuai dengan kehendak Tuhan, yaitu seiman yang tidak boleh kita ubah apa pun yang terjadi (“…, ia bebas untuk kawin dengan siapa saja yang dikehendakinya, asal orang itu adalah seorang yang percaya.” 1 Korintus 7:39).
- Menyatakan sikap, yaitu:
- Kalau dicintai: jawablah dengan jelas (ya – tunggu - tidak), segera (jangan pernah mempermainkan cintanya), sopan, dan tegas.
- Kalau mencintai: nyatakanlah dengan jelas, baik secara langsung atau pun tidak langsung dengan terlebih dahulu mengenali sifat / kondisinya, pada waktu yang tepat, sopan, tidak memaksa, dan siap ditolak.
(ckk ^^V_dari berbagai sumber)
Comments
Post a Comment