Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2013

Minggu Adven: Penantian dalam Pertobatan

Beberapa hari lagi kita akan memasuki bulan Desember. Dan itu berarti kita juga akan memasuki Minggu Adven. Tapi, apakah kita ingat apa makna dari Minggu Adven? Dan apakah kita sudah siap untuk memasukinya? Kata adven berasal dari bahasa Latin adventus, yang berarti kedatangan. Tentu kedatangan yang dimaksud adalah kedatangan Yesus ke dalam dunia, baik itu peristiwa kedatangan-Nya ribuan tahun lalu yang kita rayakan setiap Natal, maupun kedatangan-Nya yang kedua kali nanti. Minggu Adven dimulai pada hari Minggu pertama pada bulan Desember dan berakhir pada hari Minggu terakhir sebelum Natal. Biasanya Minggu Adven dihiasi dengan nuansa warna ungu, mulai dari lilin yang diletakkan di meja altar, sampai dekorasi di dalam gedung gereja. Minggu Adven kita hayati sebagai masa penantian yang penuh pengharapan akan kedatangan Yesus. Dan dalam masa penantian itu, kita tidak boleh berpangku tangan. Kita harus melakukan sesuatu: mempersiapkan diri kita sebaik-baiknya untuk menyambut kedatangan

Mulia dalam Kerendahan Hati

Saat saya masih kecil, ada sebuah lagu yang cukup sering dinyanyikan dalam kelas Sekolah Minggu. Mungkin sebagian di antara kita juga pernah mendengar atau menyanyikannya. Lagu itu sangat singkat. Pendek dan sederhana. Liriknya seperti ini: Aku anak Raja, engkau anak Raja, kita semua anak Raja. (2x) Haleluya puji Tuhan, haleluya puji Tuhan, haleluya puji Tuhan, haleluya. (2x) Lagu  itu menyatakan dengan jelas bahwa saya, Saudara, dan kita semua adalah anak Raja. Dan setiap kita yang mendengar atau menyanyikannya akan selalu diingatkan tentang hal tersebut. Jika ditanya siapa Raja yang dimaksud dalam lagu itu, tentu jawabannya adalah Raja Surgawi, Tuhan kita Yesus Kristus. Ya! Yesus adalah Raja Surgawi. Seorang raja pada umumnya hidup dengan penuh kemewahan serta memiliki banyak pelayan yang siap sedia untuk melayani segala kebutuhan dan keinginannya. Namun, Yesus tidak demikian. Ia tidak hidup dalam kemewahan dan tidak memiliki banyak pelayan. Dia memang Seorang Raja. Raja S

"Ya, Aku Datang Segera!"

Kabar yang indah benar, kidung besar menggegar, sabda Rajamu dengar! Yesus ‘kan datang seg’ra. Refrein: Datang seg’ra, datang seg’ra! Mungkin malam saatnya, pagi, siang, entah senja. Datang seg’ra, datang seg’ra! Hari gemilang berlimpah berkat: Yesus ‘kan datang seg’ra! Lagu yang tertulis dalam Kidung Jemaat nomor 271 itu sedikit banyak menggambarkan apa yang tertulis dalam bab terakhir Alkitab kita, “Sesungguhnya Aku datang segera dan membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya.” (Wahyu 22:12) Ya! Hari Tuhan sudah dekat. Yesus akan segera datang. Takutkah kita? Atau sebaliknya, kita justru sangat menantikan saat itu datang? Sebagai orang Kristen, kita memiliki Kristus dalam kehidupan kita. Oleh karena itu, seharusnya kita mampu menyambut datangnya hari Tuhan itu dengan penuh pengharapan. Namun, kenyataannya tidak demikian. Banyak orang Kristen yang justru takut menghadapi datangnya hari Tuhan. Mereka kemudian mulai kehilangan pengharapan, mencari tah

Home Sweet Home

Sebagian di antara kita pasti sering membaca atau pun mendengar istilah ini. Istilah yang umum, yang sering ditulis serta didengungkan di mana-mana. Home sweet home. Rumahku, istanaku. Yang artinya, tidak ada lagi tempat yang lebih nyaman, dan lebih membahagiakan daripada “rumahku”. Dalam ungkapan ini, bentuk fisik rumah bukanlah hal yang penting. Besar atau kecil, mewah atau sederhana, berdinding kayu atau tembok, bertingkat atau tidak, memiliki halaman atau tidak, dan sebagainya, tidak mengurangi makna dari “istana” yang identik dengan keindahan dan kesempurnaan itu. Rumah bukanlah bangunannya, melainkan apa yang ada di dalam bangunan itu. Rumah adalah tempat kita berkumpul, hidup bersama dengan orang-orang yang kita cintai dan mencintai kita. Tempat kita duduk bersama, makan bersama, saling mendukung satu sama lain, berbagi suka dan duka, cerita dan pergumulan, kasih dan kesetiaan, berbagi banyak hal dengan mereka. Rumahku, tidak lain dan tidak bukan, adalah keluargaku. “Harta

Menjadi Lebih Baik? Kenapa Tidak?!

Saat kita berjumpa dengan seseorang dan mulai menyukainya, biasanya kita akan mulai berubah sedikit demi sedikit. Yang tadinya malas ke gereja, mulai sering ke gereja. Yang tadinya malas belajar, mulai rajin belajar, yang tadinya malas mandi, mulai rajin mandi. Yang tadinya . . . . . . . , mulai rajin . . . . . . . . Pokoknya berusaha berubah menjadi lebih baik agar bisa membuat si ‘dia’ terkesan sehingga kita bisa mendapatkan perhatiannya. Ini adalah fenomena alami yang dialami oleh sebagian (mungkin besar atau cukup besar) manusia di bumi ini. Sayangnya, perubahan yang seperti ini belum tentu kita lakukan juga saat kita berjumpa dengan Yesus. Bahkan, setelah kita mulai mengenal dan pada akhirnya jatuh cinta kepada-Nya, kita pun belum tentu berubah menjadi seorang yang lebih baik. Padahal, perubahan yang kita lakukan bagi Yesus seharusnya lebih besar dan lebih baik daripada yang kita lakukan bagi seorang yang kita sukai atau cintai. Bukan untuk membuat Ia terkesan, apalagi untuk men






Instagram