Skip to main content

Kebangkitan-Nya adalah Kemenangan-Nya untuk Menyelamatkan Semua

Haleluya! Kristus sudah bangkit!

Seruan tersebut merupakan suatu ungkapan yang khas dalam misteri Paska, misteri kebangkitan Tuhan kita, Yesus Kristus, yang selalu kita rayakan setiap tahunnya. Kalau Natal biasanya kita rayakan dengan meriah, dengan semarak, maka Paska biasanya kita rayakan dengan jauh lebih sederhana. Padahal, menurut saya pribadi, seharusnya Paska dirayakan lebih semarak daripada Natal. Mengapa? Paska adalah puncak dari tujuan kelahiran serta pelayanan Yesus di dunia ini. Tanpa Paska, sia-sialah kelahiran Yesus ke dunia ini. Tanpa Paska, sia-sialah pula kematian-Nya yang kita peringati hari Jumat kemarin dan Jumat Agung lainnya setiap tahunnya. Tanpa Paska, sia-sialah semua pengajaran tentang Yesus dan iman Kristen yang kita terima selama ini; dan tentu saja sia-sialah iman kita.

Namun, karena Yesus bangkit, maka iman kita tidaklah sia-sia. Kebangkitan Yesus dari alam maut itulah yang menjadi bukti bagi umat-Nya, juga bagi seluruh makhluk yang ada, bahwa Yesus adalah benar Anak Allah. Kebangkitan-Nya juga menjadi bukti bahwa Allah benar-benar setia dan tidak pernah mengingkari janji-Nya. Sehingga, dapat dikatakan, Paska adalah peristiwa yang paling sakral dalam kehidupan serta pelayanan Yesus di dunia.

Peristiwa Paska dalam Injil Matius diawali dengan perjalanan Maria Magdalena dan Maria lainnya ke kubur Yesus. Apakah mereka ingat akan perkataan Yesus, bahwa Ia akan bangkit pada hari yang ketiga, dan hendak pergi menyambut-Nya? Sayangnya tidak. Mereka pergi ke kubur Yesus dengan hati yang pilu, hanya ingin mengurapi jenazah Yesus dengan rempah-rempah, sebagai tanda kasih dan penghormatan mereka pada Yesus. Tidak ada dalam bayangan mereka bahwa Yesus akan bangkit. Bahkan, mungkin mereka pun lupa akan perkataan Yesus sebelumnya, karena begitu besar kesedihan, rasa kehilangan, serta ketakutan yang menimpa mereka pasca kematian Yesus. Yesus sudah mati! Semua sudah berakhir! Apa lagi yang tersisa? Apa lagi yang dapat diharapkan?

Kalau kita mundur sedikit ke perikop sebelumnya (Matius 27:62-66), imam-imam kepala dan orang-orang Farisi saja ingat akan perkataan bahwa Yesus akan bangkit pada hari yang ketiga. Betapa ironisnya! Justru musuh, orang-orang yang menyalibkan Yesus, yang ingat akan perkataan, pesan Yesus yang sangat penting sebelum kematian-Nya. Namun, para murid yang dekat, bahkan sangat dekat dengan Yesus, tidak ada satu pun yang ingat. Rasa kehilangan, ketakutan, serta duka yang mendalam, sukses menggoyahkan iman dan kepercayaan mereka terhadap Guru sekaligus Tuhannya.

Oleh sebab itulah, Tuhan mengutus malaikat-Nya ke dunia untuk mengguncang dan membangunkan kembali iman para murid. Malaikat yang kedatangannya menimbulkan gempa bumi hebat dan membuat para penjaga kubur gentar ketakutan itu, menggulingkan batu penutup kubur lalu duduk di atasnya. Bukan supaya malaikat itu bisa masuk ke dalam kubur, bukan juga agar Yesus yang bangkit bisa keluar dari kubur. Namun, untuk menunjukkan, untuk memberi bukti kepada para perempuan dan murid-murid Yesus bahwa kubur itu kosong karena Yesus sudah dan sungguh-sungguh bangkit; sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Jadi, tidak ada lagi alasan untuk ragu, apalagi tidak percaya akan kebangkitan Yesus.

Tidak hanya itu, malaikat itu juga berkata bahwa Yesus yang bangkit akan menemui para murid di Galilea, jika mereka mau pergi ke sana. Ini adalah sebuah kabar sukacita dan harus disampaikan sesegera mungkin kepada murid-murid yang lain. Saat itulah, para perempuan itu mengalami transformasi: kesedihan mereka digantikan sukacita, dan kehilangan serta keputusasaan mereka digantikan pengharapan yang penuh. Sehingga, dalam ketakutan bercampur sukacita yang besar, mereka berlari cepat-cepat untuk memberitahukan kabar sukacita itu kepada murid-murid lainnya.

Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan Yesus, yang kemudian mengatakan, “Salam bagimu.” (Matius 28:9). Sebuah ucapan yang sangat bermakna, sebab Yesus yang bangkit membawa shalom, damai sejahtera, bagi para murid, sehingga mereka dibebaskan dari ketakutan yang sangat mencekam mereka pasca kematian-Nya. Yesus juga berkata agar mereka jangan takut, serta pergi dan mengatakan kepada saudara-saudara-Nya, murid-murid-Nya untuk pergi ke Galilea agar mereka dapat melihat-Nya.

Mengapa Galilea yang dipilih menjadi tempat pertemuan pertama Yesus dengan para murid setelah kebangkitan-Nya? Alasannya sama dengan alasan dipilihnya para perempuan menjadi saksi pertama kebangkitan Yesus: keduanya sama-sama dinomor-duakan dan tidak dianggap penting. Seperti yang kita tahu, perempuan pada masa itu dianggap sebagai warga kelas dua. Dalam Alkitab pun sangat sedikit kita jumpai nama-nama dan kisah-kisah perempuan yang dituliskan. Laki-laki hampir selalu menjadi yang utama dalam segala hal. Demikian pula dengan Galilea. Pada masa itu, Galilea dianggap sebagai daerah yang terbelakang, udik, serta lemah secara pendidikan dan ekonomi. Meski demikian, para perempuan dipilih menjadi saksi pertama kebangkitan Yesus. Dan Galilea dipilih, tidak hanya menjadi titik awal pelayanan Yesus, tetapi juga titik pertemuan pertama Yesus dengan para murid pasca kebangkitan-Nya. Ini menunjukkan bahwa Yesus, yang telah mati dan bangkit, adalah Tuhan dan Juru Selamat bagi setiap orang, tanpa kecuali; termasuk mereka yang lemah, terpinggirkan, bahkan terbuang.

Hal ini konsisten dengan pengajaran yang kemudian disebarkan oleh Petrus (Kisah Para Rasul 10:34-43): bahwa Allah tidak membedakan orang, sehingga setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan Dia dan mengamalkan kebenaran berkenan di hadapan-Nya. Tentu ini bukan perkataan pribadi Petrus, namun firman Allah yang harus diberitakan oleh para murid pada masa itu dan tentu setiap kita pada masa kini. Karena, jika Allah membedakan orang, jika Yesus bukanlah Tuhan bagi semua orang, maka kita pun tidak akan beroleh anugerah keselamatan. Mengapa? Kita bukan orang Yahudi, bukan pula keturunan Yahudi; kecuali ada di antara kita yang memang memiliki darah Yahudi. Jadi, penebusan dosa melalui kematian dan kebangkitan Yesus tidak akan ada artinya bagi kita, jika anugerah itu tidak diberikan pada semua orang. Tetapi, karena Yesus adalah Tuhan bagi semua orang, maka siapapun yang percaya kepada-Nya akan mendapat pengampunan dosa dan diselamatkan; termasuk Anda dan saya, juga setiap orang yang ada di sekitar kita.

Kebangkitan Yesus, kemenangan-Nya atas maut, menggemakan bahwa keselamatan, pembebasan tuntas dari dosa oleh Allah bagi dunia ini, sungguh-sungguh nyata. Namun, kebangkitan Yesus juga menantang Anda dan saya, setiap orang yang percaya kepada-Nya untuk berani bertindak. Bukan hanya bersukacita atas kebangkitan-Nya, tetapi juga ikut memberitakan kabar sukacita itu kepada dunia, kepada semua orang, tanpa kecuali; melalui perkataan, perbuatan, serta seluruh aspek kehidupan kita.

Setiap orang di dunia ini memerlukan dan layak mendapatkan anugerah keselamatan dari Kristus yang bangkit dan menang. Jika bukan kita yang mau menjadi saksi Kristus bagi mereka, siapa lagi?

Selamat Paska! Selamat merayakan kemenangan dalam kebangkitan! Tuhan memberkati setiap kita.
*tulisan ini dikhotbahkan pada Minggu Paska, 16 April 2017;
di GKI Lebak Jaya, Surabaya.

Comments







Instagram