Skip to main content

Posts

Showing posts from 2016

Zona Nyaman

Rasa nyaman dalam suatu kondisi atau tempat, yang biasa disebut juga dengan zona nyaman, biasanya diidentikkan dengan ketiadaan hal-hal yang dapat membuat seseorang merasa tidak nyaman dan tidak aman. Hal ini biasanya juga diidentikkan dengan kepuasan akan kondisi yang ada, atau ketidakmauan seseorang untuk berkembang dan mengasah dirinya lebih baik lagi. Mayoritas orang beranggapan bahwa zona nyaman berbicara tentang hal atau lingkungan di luar dirinya: situasi dan kondisi seperti apa yang membuatnya merasa nyaman dan aman. Dan mereka sering mengira bahwa keluar dari zona yang nyaman itu adalah satu-satunya cara untuk mengasah kemampuan seseorang. Sebagian dari mereka yang mengaku dan diakui sebagai orang yang sukses pun berkata bahwa mereka dapat mencapai kesuksesan itu dengan memasuki zona yang tidak nyaman. Entah dengan berpindah tempat kerja, alih profesi, atau apa pun yang membawa perubahan pada situasi dan kondisi di luar dirinya. Padahal, keluar dari zona nyaman, melakukan pe

Kehadiran Fisik: Tidak Tergantikan

Manusia adalah makhluk sosial: makhluk yang tidak dapat hidup sendiri dan selalu punya keinginan untuk berinteraksi dengan orang lain. Dalam interaksinya, kehadiran orang lain menjadi sesuatu yang sangat penting. Tanpanya, interaksi tersebut tidak akan ada. Namun, kehadiran ini bukan sekedar hadir secara fisik, bukan sekedar meluangkan waktu untuk orang lain. Malcolm Forbes berkata, “ Presence is more than just being there ”. Kehadiran ini menuntut adanya faktor psikologis; di mana hati, pikiran, dan emosi kita ikut tercurah di sana. Akan tetapi, di zaman yang semakin modern ini, rupanya kehadiran fisik mulai dipandang sebelah mata. Banyak teknologi yang dianggap dapat menggantikan dan mungkin memang sengaja diciptakan untuk menggantikannya. Sehingga orang mengira kehadiran fisik tidak lagi penting. Yang penting adalah bagaimana kita sudah mencurahkan waktu serta hati, pikiran, dan emosi kita untuk mereka yang berada jauh dari kita. Namun, benarkah demikian? Saat kita bertatap muka da

Bread of the World, In Mercy Broken (eucharistic hymn)

Bread of the world, in mercy broken, Wine of the soul, in mercy shed, By Whom the words of life were spoken, And in Whose death our sins are dead. Look on the heart by sorrow broken, Look on the tears by sinners shed; And be Thy feast to us the token, That by Thy grace our souls are fed.   Roti dunia, terpecah karena kasih, Anggur jiwa, tercurah karena kasih, Yang olehNya kata-kata kehidupan diucapkan, Dan dalam kematianNya dosa-dosa kita dipunahkan. Lihatlah hati yang hancur dari mereka yang menderita, Lihatlah air mata yang tumpah dari para pendosa; Dan biarlah perjamuanMu untuk kami jadi perlambang, Bahwa kar'na kurniaMu jiwa kami dibikin kenyang. by: Reginald Heber (1783-1826) (translasi oleh lai, 2016)

A.S.U.M.S.I

Asumsi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah dugaan yang diterima sebagai dasar, serta landasan berpikir karena dianggap benar. Sedangkan mengasumsikan, masih menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah menduga, memperkirakan, memperhitungkan, serta meramalkan. Asumsi biasanya berbicara tentang orang lain, bukan tentang diri sendiri. Dan asumsi tersebut biasanya berisikan hal-hal yang buruk. Tidak semua asumsi itu buruk. Namun, tidak selamanya juga asumsi itu baik. Asumsi yang baik tentang orang lain hanya akan menimbulkan sebuah kekecewaan jika asumsi itu ternyata tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Akan tetapi, asumsi yang buruk tentang orang lain dapat menjadi sesuatu yang merugikan bagi diri sendiri dan tentunya sangat berbahaya bagi orang lain. Asumsi yang buruk itu memiliki kekuatan untuk menghancurkan diri dengan menyimpan kekecewaan, kemarahan, maupun hal buruk lainnya terhadap orang lain, berdasarkan kesimpulan kita sendiri terhadap perkataan maupun perbuatan ora

Mengampuni dan Melupakan

Mengampuni dan melupakan, itulah yang Engkau lakukan supaya ‘ku ‘kan mengampuni dan melupakan . Menyanyikan lagi itu tentu sangat mudah. Tapi, melakukan apa yang disampaikan oleh lagu itu tentu tidak mudah. Tidak semua orang mampu mengampuni dengan mudah. Dan tidak semua orang mampu melupakan kesalahan maupun hal buruk di masa lalu dengan mudah. Namun, bukan berarti mereka yang seperti itu dapat langsung disebut sebagai seorang yang pelit pengampunan apalagi pendendam. Selain karena memang tidak mudah melakukannya, perkara mengampuni dan melupakan kesalahan ini tidak melulu berbicara tentang relasi kita dengan orang lain; tapi juga tentang relasi kita dengan diri kita sendiri. Bagi sebagian orang, mengampuni dan melupakan kesalahan diri sendiri mungkin tidak pernah menjadi sebuah persoalan sama sekali. Kesalahan sekecil atau sebesar apa pun dapat berlalu begitu saja tanpa ada perenungan sedikit pun. Akan tetapi, bagi sebagian yang lain, kesalahan diri yang sangat kecil pun dapat m

Marah... Bolehkah?

Kemarahan adalah sebuah hal yang wajar terjadi dalam hidup kita bersama dengan orang lain. Tidak ada manusia yang tidak pernah marah. Tidak ada manusia yang tidak pernah mengungkapkan kemarahannya. Ini sangat manusiawi. Setiap manusia pasti pernah marah dan mengungkapkan kemarahan setidaknya satu kali seumur hidupnya. Yang jadi persoalan bukanlah kemarahannya, tapi bagaimana kita mengungkapkan kemarahan kita. Apakah kita membiarkannya meledak-ledak begitu saja sampai melukai orang lain, bahkan orang yang tidak ada sangkut-pautnya dengan kemarahan kita? Atau kita memendamnya begitu dalam sehingga tidak ada orang yang tahu apalagi sampai menjadi korban kemarahan kita? Yang mana pun, sebenarnya tidak akan membawa dampak positif bagi diri kita dan bagi orang lain. Yang pertama jelas akan melukai orang lain walaupun mungkin juga menyadarkan mereka akan kesalahan mereka. Yang kedua mungkin tidak melukai orang lain, tapi juga tidak akan menyadarkan mereka akan kesalahan mereka. Dan yang past

Meminta Maaf dan Memaafkan

Setiap manusia di dunia pasti punya kesalahan. Tapi hanya yang pemberani yang mau mengakui. Setiap manusia di dunia pasti pernah sakit hati. Hanya yang berjiwa satria yang mau memaafkan. Sepenggal lirik dari lagu berjudul “Persahabatan” yang dipopulerkan oleh Sherina beberapa tahun yang lalu ini sangat cocok menggambarkan kehidupan kita. Karena setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan serta merasakan sakit hati paling tidak satu kali dalam hidupnya. Ini merupakan hal yang wajar dan sangat manusiawi. Namun, bukan berarti kita bisa membiarkannya terjadi begitu saja tanpa penanganan apa pun. Dari kesalahan kita dapat belajar untuk merendahkan diri, meminta maaf pada orang lain, dan berusaha melakukan yang lebih baik di masa depan. Dari sakit hati kita belajar untuk memiliki hati yang besar sehingga kita dapat memaafkan, serta tidak memberikan sakit hati yang sama pada orang lain. Tidak mudah memang. Karena meminta maaf dan memaafkan dapat disebut sebagai dua hal tersulit bagi manu

Seni Berkomunikasi

Komunikasi yang baik adalah kunci dalam sebuah hubungan. Tidak hanya dalam hubungan percintaan, tapi juga dalam hubungan keluarga, pertemanan, kemitraan, pekerjaan, bahkan pelayanan. Tanpa adanya komunikasi yang baik, semua hubungan itu tidak akan berlangsung dan berjalan dengan baik. Perselisihan, kekecewaan, kemarahan, kecurigaan, dan hal buruk lainnya dapat menjadi makanan sehari-hari yang jika dibiarkan begitu saja akan mulai dan terus menggerogoti bangunan, bahkan pondasi dari hubungan yang sedang dijalin itu. Namun, menjaga komunikasi yang baik dengan orang lain tidak semudah membalik telapak tangan. Karena bahasa seorang dengan yang lain belum tentu sama. Frekuensi yang dimiliki seorang dengan yang lain bisa berbeda-beda. Kita tidak bisa menyamakan bahasa yang kita pakai untuk orang dewasa dengan anak kecil, begitu juga sebaliknya. Bahkan, sesama orang dewasa pun belum tentu memiliki frekuensi bahasa yang sama. Oleh karena itu, penting untuk belajar memahami frekuensi bahasa ya

Manusia dan Emosinya

Mengelola emosi bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Banyak orang gagal dalam usahanya. Dan tidak sedikit yang menyerah lalu membiarkan emosinya meledak-ledak tak terkendali dalam beberapa maupun segala situasi. Emosi di sini tentu bukan hanya emosi yang negatif, seperti kesedihan, kekecewaan, kemarahan, dan sebagainya. Tapi juga emosi yang positif, seperti kebahagiaan, kekaguman, kebanggaan, dan sebagainya. Mengapa demikian? Mengapa emosi yang positif pun harus kita kelola dengan baik? Karena segala sesuatu yang berlebihan selalu menghasilkan sesuatu yang tidak baik; tidak peduli seberapa buruk atau seberapa baik sesuatu itu. Seperti makanan yang baik untuk tubuh kita, yang jika kita konsumsi berlebihan dapat membuat kita merasakan berbagai ketidaknyamanan mulai dari yang ringan sampai yang berat; demikian juga emosi pada diri kita. Terlalu bahagia karena sesuatu tentu tidak baik, apalagi terlalu sedih karena sesuatu. Keduanya dapat membuat kita lupa akan penyertaan dan kasih set






Instagram