Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2016

Zona Nyaman

Rasa nyaman dalam suatu kondisi atau tempat, yang biasa disebut juga dengan zona nyaman, biasanya diidentikkan dengan ketiadaan hal-hal yang dapat membuat seseorang merasa tidak nyaman dan tidak aman. Hal ini biasanya juga diidentikkan dengan kepuasan akan kondisi yang ada, atau ketidakmauan seseorang untuk berkembang dan mengasah dirinya lebih baik lagi. Mayoritas orang beranggapan bahwa zona nyaman berbicara tentang hal atau lingkungan di luar dirinya: situasi dan kondisi seperti apa yang membuatnya merasa nyaman dan aman. Dan mereka sering mengira bahwa keluar dari zona yang nyaman itu adalah satu-satunya cara untuk mengasah kemampuan seseorang. Sebagian dari mereka yang mengaku dan diakui sebagai orang yang sukses pun berkata bahwa mereka dapat mencapai kesuksesan itu dengan memasuki zona yang tidak nyaman. Entah dengan berpindah tempat kerja, alih profesi, atau apa pun yang membawa perubahan pada situasi dan kondisi di luar dirinya. Padahal, keluar dari zona nyaman, melakukan pe

Kehadiran Fisik: Tidak Tergantikan

Manusia adalah makhluk sosial: makhluk yang tidak dapat hidup sendiri dan selalu punya keinginan untuk berinteraksi dengan orang lain. Dalam interaksinya, kehadiran orang lain menjadi sesuatu yang sangat penting. Tanpanya, interaksi tersebut tidak akan ada. Namun, kehadiran ini bukan sekedar hadir secara fisik, bukan sekedar meluangkan waktu untuk orang lain. Malcolm Forbes berkata, “ Presence is more than just being there ”. Kehadiran ini menuntut adanya faktor psikologis; di mana hati, pikiran, dan emosi kita ikut tercurah di sana. Akan tetapi, di zaman yang semakin modern ini, rupanya kehadiran fisik mulai dipandang sebelah mata. Banyak teknologi yang dianggap dapat menggantikan dan mungkin memang sengaja diciptakan untuk menggantikannya. Sehingga orang mengira kehadiran fisik tidak lagi penting. Yang penting adalah bagaimana kita sudah mencurahkan waktu serta hati, pikiran, dan emosi kita untuk mereka yang berada jauh dari kita. Namun, benarkah demikian? Saat kita bertatap muka da

Bread of the World, In Mercy Broken (eucharistic hymn)

Bread of the world, in mercy broken, Wine of the soul, in mercy shed, By Whom the words of life were spoken, And in Whose death our sins are dead. Look on the heart by sorrow broken, Look on the tears by sinners shed; And be Thy feast to us the token, That by Thy grace our souls are fed.   Roti dunia, terpecah karena kasih, Anggur jiwa, tercurah karena kasih, Yang olehNya kata-kata kehidupan diucapkan, Dan dalam kematianNya dosa-dosa kita dipunahkan. Lihatlah hati yang hancur dari mereka yang menderita, Lihatlah air mata yang tumpah dari para pendosa; Dan biarlah perjamuanMu untuk kami jadi perlambang, Bahwa kar'na kurniaMu jiwa kami dibikin kenyang. by: Reginald Heber (1783-1826) (translasi oleh lai, 2016)

A.S.U.M.S.I

Asumsi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah dugaan yang diterima sebagai dasar, serta landasan berpikir karena dianggap benar. Sedangkan mengasumsikan, masih menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah menduga, memperkirakan, memperhitungkan, serta meramalkan. Asumsi biasanya berbicara tentang orang lain, bukan tentang diri sendiri. Dan asumsi tersebut biasanya berisikan hal-hal yang buruk. Tidak semua asumsi itu buruk. Namun, tidak selamanya juga asumsi itu baik. Asumsi yang baik tentang orang lain hanya akan menimbulkan sebuah kekecewaan jika asumsi itu ternyata tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Akan tetapi, asumsi yang buruk tentang orang lain dapat menjadi sesuatu yang merugikan bagi diri sendiri dan tentunya sangat berbahaya bagi orang lain. Asumsi yang buruk itu memiliki kekuatan untuk menghancurkan diri dengan menyimpan kekecewaan, kemarahan, maupun hal buruk lainnya terhadap orang lain, berdasarkan kesimpulan kita sendiri terhadap perkataan maupun perbuatan ora






Instagram