Skip to main content

Pasangan vs Keluarga (2)

Mengetahui hal itu, si perempuan sangat menyesal sudah menempatkan suaminya pada posisi yang sulit, seolah harus memilih antara pasangan atau keluarganya. Si perempuan tidak pernah sama sekali memiliki maksud untuk memecah belah maupun menjauhkan suaminya dari keluarganya. Ia merasa sangat bodoh karena ia tidak mampu mengontrol emosinya dengan lebih baik. Tidak pernah sekalipun terbersit dalam pikirannya untuk ikut campur apalagi mengatur kehidupan keluarga suaminya. Mereka yang membuat pilihan, mereka yang menjalani kehidupan, tentu mereka sendiri yang akan menanggung segala risiko yang ada. Si perempuan hanya ingin dimengerti, dihargai, dan tidak terus-menerus dipandang sebelah mata. Si perempuan hanya tidak ingin mantan pacar suaminya memiliki akses ke dalam kehidupan mereka. Tentu ia tidak memiliki hak apa pun untuk melarang mertua maupun kakak iparnya tetap berteman dengan mantan pacar suaminya. Siapa-lah ia? Ia hanya ingin mereka, mertua dan kakak iparnya, mengerti kegelisahan, ketakutan, dan kesakit-hatiannya. Apalagi ia tahu betul bahwa suaminya dan sang mantan pacar itu putus tidak dengan baik-baik saja.

Oh… Usut punya usut, rupanya si laki-laki selama ini salah mengambil sikap. Dulu, dengan sang mantan pacar, ia menutup rapat segala yang terjadi dalam hubungan mereka dari keluarganya, terutama hal-hal yang dapat membuat nama sang mantan pacar menjadi buruk di depan keluarganya. Oleh sebab itulah keluargnya mengenal sang mantan pacar sebagai wanita baik-baik dan mungkin juga sempat menyayangkan keputusan mereka untuk mengakhiri hubungan yang sudah terjalin lama itu. Akan tetapi, di balik itu semua, sebenarnya hubungan keduanya dulu jauh dari kata baik-baik saja. Mereka sering bertengkar. Dan sang mantan pacar bukanlah wanita baik-baik seperti yang dibayangkan oleh keluarga si laki-laki. Bahkan, putusnya hubungan keduanya disebabkan oleh sang mantan pacar yang berselingkuh dengan pria lain, dengan alasan kurang diperhatikan oleh si laki-laki. Ya! Wanita itu bukan hanya berselingkuh dengan pria lain, tetapi ia juga yang memutuskan hubungan mereka secara sepihak saat perselingkuhannya terbongkar! 

Melihat mantan pacarnya lebih memilih selingkuhannya, si laki-laki hanya butuh waktu dua minggu untuk melupakan sang mantan dan melanjutkan kehidupannya. Meski demikian, ia membuat sebuah memento untuk mengingat sakit hati yang ia rasakan: dengan memberi dua tindikan pada salah satu telinganya. Pasti sakit betul rasanya. Walaupun, bagi si laki-laki, sakit karena dua tindikan tidak lebih sakit daripada sakit hati yang ia alami karena satu wanita. Namun setidaknya, sakit karena dua tindikan itu cukup untuk menjadi pengingat agar ia menjadi lebih bijak di masa depan. Sehingga ia tidak akan jatuh ke dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya dan tidak akan lagi merasakan sakit hati hanya karena wanita.

Akan tetapi, tidak lama berselang, sang mantan kembali mengusik kehidupannya. Tiba-tiba ia datang dan mengajak rujuk, karena selingkuhan yang dipilihnya itu tidak mampu membahagiakannya seperti si laki-laki membahagiakannya dulu. Segala cara ia lakukan untuk mendapatkan si laki-laki kembali. Segala godaan ia luncurkan, namun si laki-laki tetap teguh dengan keputusannya untuk melanjutkan kehidupan tanpa sang mantan pacar yang telah menyakiti hatinya.

Waktu berlalu. Kurang lebih satu tahun kemudian si laki-laki bertemu dengan si perempuan. Tidak lama mereka berkenalan dan menjalin hubungan pertemanan. Si laki-laki sudah berpikir untuk melanjutkan hubungan ke tahap berikutnya, namun pikiran yang sama belum ada dalam benak si perempuan. Terlebih saat ia tahu bagaimana sang mantan pacar masih terus mengusik kehidupan si laki-laki setelah sekian lama; yang entah mendapat berita dari mana, sang mantan pacar malah makin gencar mengirim pesan singkat lewat berbagai media sosial saat si laki-laki sedang mendekati si perempuan. Kebanyakan pesan basa-basi memang, namun panggilan sayang yang seharusnya sudah terkubur saat keduanya putus masih berdiri teguh. Tahu bahwa si perempuan tidak suka, si laki-laki berusaha benar-benar mengakhiri hubungan dengan sang mantan: meminta sang mantan untuk tidak lagi memanggilnya dengan panggilan sayang yang pernah ada, serta memintanya untuk tidak lagi menghubunginya. Tentu sang mantan marah besar. Ia menganggap perubahan sikap si laki-laki disebabkan oleh perempuan yang sedang didekatinya itu. Ia merasa diperlakukan dengan tidak adil dan tidak diberi kesempatan untuk menjalin pertemanan. Ia lupa bahwa ia sendirilah yang sudah mengakhiri hubungan mereka dan lebih memilih pria selingkuhannya waktu itu.

Keputusan si laki-laki sudah benar-benar bulat dan tidak dapat diganggu gugat. Ia membuang semua hal yang berkaitan dengan sang mantan. Semuanya! Tanpa sisa. Termasuk akun media sosial dan nomor handphone-nya. Semua dihapus bersih. Ia tidak ingin menyakiti hati si perempuan lagi karena sang mantan pacar.

Comments







Instagram