Skip to main content

Let's Fight!!!

Kebanyakan orang menganggap pertandingan hanya tentang menang atau kalah, padahal pertandingan lebih dari itu. Mental seperti inilah yang meyebabkan kita sulit untuk maju. Hanya berorientasi pada hasil akan mengakibatkan seseorang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan hasil yang baik tanpa memperhatikan proses yang dilalui. Padahal justru proses itu sendiri yang menentukan siapakah juara yang sebenarnya dalam sebuah pertandingan. Tidak hanya pertandingan dalam olahraga, tetapi juga pertandingan dalam bisnis, berkarya, berinovasi, dan pertandingan-pertandingan lainnya, karena sebenarnya hidup kita ini dipenuhi oleh bermacam pertandingan, walau pun tidak semuanya tertulis dan tidak semuanya disadari.

Perjanjian Baru membandingkan kehidupan seorang Kristen dengan pertandingan lari yang dilakukan oleh seorang atlet. Sadar atau tidak, setiap kita sedang berada dalam arena pertandingan. Tetapi, tidak semua orang mau menjadi pemainnya, kebanyakan hanya mau menjadi penonton. Ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang tidak mau menjadi pemain, misalnya takut kalah, merasa tidak memiliki kemampuan, dan lain-lain. Orang-orang seperti ini adalah orang-orang yang malas, takut, dan pesimis. Padahal dalam pertandingan kehidupan, setiap orang, mau tidak mau, suka tidak suka, harus mau menjadi pemainnya. Yang tidak diketahui adalah dalam pertandingan kehidupan, setiap orang dapat menjadi seorang pemenang. Bukan hanya sekedar pemenang, tetapi seorang pemenang yang sejati, yang tidak takut dan menyerah dulu bahkan sebelum pertandingan dimulai. Bagaimana caranya?
  • Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus. (Filipi 3:12)
Ayat ini merupakan cuplikan kesaksian tentang kehidupan Rasul Paulus yang telah mengalami begitu banyak hal, baik yang manis maupun pahit. Tentunya pengalaman yang pahit itu dapat menjadi pengalaman traumatik yang dapat menghalanginya untuk terus melayani Tuhan. Ia mengakui bahwa hidup dan panggilannya adalah karena kasih karunia dari Tuhan. Bagi Paulus, yang membuatnya menjadi pengikut Kristus bukan karena jasa atau usahanya, tapi semata-mata karena ia telah ditangkap oleh Yesus Kristus. Perjumpaannya dengan Kristus dalam perjalanan menuju Damsyik, telah menjadi titik balik hidupnya, dari seorang pengejar dan pembunuh pengikut Kristus, menjadi seorang pengejar dan pemenang jiwa bagi Kristus. Peristiwa inilah yang ia maksud dengan penangkapan dirinya oleh Kristus, yang bukan saja mengubah cara hidupnya, tetapi juga dalam hal siapa yang menjadi pengendali hidupnya. Sebelum mengenal Kristus, Paulus hidup dan bekerja demi hukum taurat sebagai otoritas dalam hidupnya (Filipi 3:4-7). Namun setelah mengenal Kristus, ia mengakui Kristus sebagai satu-satunya otoritas yang mengendalikan hidupnya (Filipi 3:10). Hal ini menyebabkan ia memandang Kristus sebagai oknum terbesar dalam hidupnya dan mengakui bahwa Kristus jauh lebih besar dari segala masalah dan beban hidupnya, serta pengalaman-pengalaman pahit yang pernah ia alami. Ketika seseorang menyadari bahwa Kristus yang terbesar di dalam hidupnya, maka ia akan sanggup untuk menjalani hidupnya.
  • Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. (Filipi 3:13-14)
Selain mengakui Kristus sebagai pendorong hidup kita, untuk terus maju dalam kehidupan dan pelayanan, kita harus melakukan tiga hal sekaligus, yaitu melupakan apa yang telah di belakang, mengarahkan diri kepada apa yang ada di depan, dan berlari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. Berdamai dengan pengalaman traumatik dalam hidup kita tidak semudah membalik telapak tangan; perlu proses yang tidak sebentar dan kerjasama dengan Tuhan, yang berarti ada bagian yang harus kita lakukan dan ada bagian yang memang hanya Tuhan yang dapat melakukannya. Apa pun masa lalu kita, seburuk apa pun itu, Tuhan tidak pernah mengingatnya lagi. Yang Tuhan lihat dari kita adalah apa yang kita lakukan saat ini. Yang menentukan masa depan kita adalah apa yang kita lakukan saat ini, bukan masa lalu kita. Melupakan masa lalu bukan berarti tidak mengingatnya lagi, tetapi kita tidak lagi dipengaruhi oleh masa lalu itu.
Sekarang ini ada banyak sekali orang yang hidup tanpa tujuan dan arah, padahal untuk menjadi seorang pemenang kita perlu fokus pada tujuan dalam hidup ini. Paulus memfokuskan hidupnya kepada hadiah yang sudah disediakan, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. Fokus inilah yang dapat membuat Paulus tetap kuat dan tidak menyerah dalam menjalani hidupnya. Paulus berhasil menjalani kehidupannya sampai garis akhir. Ia telah berhasil berdamai dengan masa lalunya, karena ia sadar Tuhanlah pendorong hidupnya. Ia juga tidak takut menghadapi masa depannya, karena ia yakin Tuhan sudah menjanjikan mahkota kemuliaan sebagai ganti penderitaannya selama hidup di dunia ini.
Tidak ada seorang pun di antara kita yang sempurna, tetapi setiap kita sedang menuju kepada kesempurnaan. Kita bisa hidup sampai saat ini semata-mata karena kasih karunia Allah. Kita harus terus bergerak maju dan melupakan apa yang telah ada di belakang kita. Tidak seharusnya masa lalu terus mempengaruhi kehidupan kita, membuat kita jatuh dan menyerah. Hidup kita adalah pada saat ini dan kita harus mengarahkan diri kepada apa yang ada di depan kita. Tuhan tidak mau kita hanya ikut dalam pertandingan, namun Tuhan mau agar kita bertanding sampai garis akhir, sampai kita memperoleh hadiah kita, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. Selamat bertanding. Tuhan Yesus memberkati setiap kita. Amin.

by: ckk ^^V

Comments







Instagram