Skip to main content

Ini Aku, Utuslah Aku, Tuhan…

Keluaran 3:10-14, 4:1,10-17

Setiap orang tentu memiliki kekurangan dan kelebihan. Mungkin jika kita melihat orang lain yang lebih baik daripada kita, kita akan merasa minder. Begitu banyak pujian yang kita berikan pada orang lain atas kelebihan yang mereka miliki. Namun, seberapa seringkah kita mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan dalam diri kita? Jangan-jangan kita sering minder dengan apa yang kita miliki.

Kisah Musa yang terdapat dalam Keluaran 3:10-14, 4:1,10-17 merupakan bagian dari Kel. 3:1-4:17. Perikop ini mengisahkan bagaimana Tuhan hendak mengutus Musa untuk memimpin bangsa Israel keluar dari tanah Mesir. Namun, yang terjadi dalam kisah ini justru Musa menolak panggilan Tuhan karena ia merasa tidak layak. Musa merasa bahwa ia tidak mampu menjadi seorang pemimpin. Ia lupa bahwa segala sesuatunya telah disiapkan oleh Tuhan. Hal ini terlihat jelas dalam jawaban Tuhan dalam Kel. 4:11 yang berbunyi, “Siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni Tuhan?” Di sini Tuhan sesungguhnya ingin mengatakan kepada Musa bahwa ia tidak usah kawatir akan kelemahan yang ia miliki, sebab Tuhan sendirilah yang akan melengkapi.

Suatu kali, seorang ibu yang ingin agar anaknya kelak menjadi pianis yang handal, mengajak anaknya untuk menyaksikan Konser Piano Paderewski, seorang pianis yang termahsyur. Setelah mereka mengambil tempat duduk di bagian depan, ibu itu melihat seorang teman baiknya di antara penonton. Ibu ini pun akhirnya pergi untuk menyalami teman dekatnya itu. Melihat adanya kesempatan untuk jalan-jalan dan melihat-lihat bagian dalam panggung, anak ini kemudian melakukan eksplorasi hingga pada akhirnya anak ini sampai kepada pintu yang bertuliskan “Dilarang Masuk”.

Ketika lampu penerangan ruangan konser mulai redup, si ibu kembali ke tempat duduknya dan segera menyadari bahwa anaknya tidak ada. Tiba-tiba layar panggung di buka, lalu lampu-lampu sorot dipusatkan kepada sebuah piano Steinway yang besar. Alangkah terkejutnya sang ibu ketika melihat bahwa ternyata anaknya duduk di depan piano besar itu dan memainkan lagu Twinkle-Twinkle Little Star. Pada saat itu, sang maestro piano yang termasyur itu muncul di atas panggung dan dengan segera ia membisiki anak itu untuk jangan berhenti bermain. Tak lama kemudian Paderewski ini mulai membungkukkan badannya dan turut bermain bersama dengan anak kecil itu. Paderewski melengkapi permainan piano anak kecil itu, sehingga suasana yang menegangkan berubah menjadi sebuah pertunjukkan yang sungguh indah, yang membuat seluruh hadirin terpikat dan terpesona.

Sebagaimana Paderewski pada anak kecil itu, demikian pula Allah pada kita. Apa saja yang telah kita bangun dan kerjakan atas dasar usaha dan kekuatan kita sendiri, sebenarnya hampir tidak ada artinya. Namun, kita dapat mendengar suara Mahaguru yang terbesar itu berbisik, “Janganlah berhenti. Mainlah terus!” Sadarilah bahwa kita yang lemah pun dapat dipakai oleh Tuhan untuk menjadi alat kemuliaannya.

Ingatlah bahwa Tuhan tidak mengutus mereka yang sudah dilengkapi dengan segala sesuatu, namun dia akan melengkapi mereka yang diutus dengan segala sesuatu. Tuhan Yesus memberkati setiap kita. Amin.


Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?" Maka sahutku: "Ini aku, utuslah aku!"
(Yesaya 6:8)

by: ckk ^^V

Comments







Instagram