Skip to main content

...kenangan...

Kenangan…
Sesuatu yang membekas di ingatan,
yang tidak terlupakan,
yang tidak terkikis oleh waktu.

Kenangan itu selalu hadir dan menghiasi kehidupanku,
selalu hadir dan mengisi kekosongan hatiku,
selalu hadir dan mengacak-acak hatiku.
Kenangan itu selalu dapat membuatku tertawa,
menangis,
takut,
marah,
bahkan beberapa kenangan selalu meninggalkan luka mendalam di hatiku.

Tidak semua kenangan indah mampu membuatku tertawa,
tidak semua kenangan buruk mampu membuatku menangis,
takut,
marah,
atau pun terluka.

Terkadang yang terjadi adalah kebalikannya:
kenangan yang indah justru membuatku menangis,
takut,
marah,
dan terluka;
sedangkan kenangan buruk malah membuatku tertawa.
Memang aneh.
Bahkan sangat aneh.
Tetapi itulah yang terjadi.

Sesuatu yang indah memang indah saat terjadinya,
tetapi tidak selamanya indah saat dikenang,
terutama jika kenangan itu hanya tinggal kenangan,
tidak akan pernah terjadi lagi hari-hari seperti kenangan itu sampai kapan pun.
Membuatku selalu berharap, “Seandainya hari itu bisa terulang…”,
“Seandainya akan ada lagi hari-hari seperti hari itu…”,
“Seandainya…”,
dan “Seandainya…”
Tidak lagi membawa tawa,
hanya menyisakan tangis, ketakutan, amarah, dan luka yang mendalam;
yang sangat menyiksa hatiku.

Sesuatu yang buruk memang buruk saat terjadinya,
tetapi tidak selamanya buruk saat dikenang,
terutama jika kenangan itu hanya tinggal kenangan,
tidak akan pernah terjadi lagi hari-hari seperti kenangan itu sampai kapan pun.
Bukan “Seandainya…” yang akan aku harapkan,
melainkan “Semoga tidak akan pernah terjadi lagi hari-hari seperti kenangan itu sampai kapan pun…”,
sambil bersyukur karena kenangan itu hanya tinggal kenangan.
Tidak lagi membawa tangis, ketakutan, amarah, atau pun luka yang mendalam,
hanya menyisakan tawa,
yang menghibur dan mengobati hatiku.

Kenangan itu seharusnya hanya tinggal kenangan.
Hanya untuk dikenang,
bukan untuk dihidupkan kembali dalam imajinasi nyata,
yang bisa dengan mudah menyeret tangis, ketakutan, amarah, atau pun luka yang mendalam,
sesuatu yang sama sekali tidak ku inginkan,
kembali ke dalam dan menyiksa hatiku lagi;
yang bisa menyeretku untuk masuk kembali dan hidup di dalam dunianya,
dunia yang semu,
merasa nyaman di sana,
tidak mau kembali ke dunia nyata,
dan tidak berani menghadapi kenyataan.

Kenangan itu seharusnya hanya tinggal kenangan,
yang tidak lagi membawa tangis, ketakutan, amarah, atau pun luka yang mendalam, saat dikenang,
tetapi hanya menyisakan tawa;
yang tidak akan menyeretku untuk masuk kembali dan hidup di dalam dunianya,
dunia yang semu,
merasa nyaman di sana,
tidak mau kembali ke dunia nyata,
dan tidak berani menghadapi kenyataan.

Ibarat sebuah bekas luka,
yang seharusnya tidak lagi menimbulkan rasa sakit saat disentuh,
kenangan itu seharusnya juga tidak lagi menimbulkan rasa sakit saat dikenang.

Hiduplah dengan kenangan, tetapi jangan hidup dari dan oleh kenangan!

by: ckk ^^

Comments







Instagram