Skip to main content

Untuk Segala Sesuatu Ada Waktunya

Pengkhotbah 3:1-8, 10

Di dunia ini kita hidup berdampingan dengan waktu. Dan oleh karena itu hidup kita terbatas pada waktu. Bahkan, bisa dikatakan bahwa hidup kita diatur oleh waktu dan harus mengikuti waktu. Kita tidak bisa meminta waktu untuk mengikuti kehendak kita, entah itu untuk berjalan dengan cepat, berjalan dengan lambat, berhenti, dan lain sebagainya. Kita juga tidak bisa memutar waktu sesuka hati kita: untuk kembali ke suatu kejadian di masa lalu kita, maupun mengintip masa depan kita. Karena semua sudah ada waktunya. Semua yang terjadi pada hidup kita sudah memiliki waktunya masing-masing. Termasuk kematian. Setiap makhluk yang mengalami kelahiran, cepat atau lambat pasti akan mengalami kematian. Ini adalah sebuah hal yang tidak bisa kita tolak dan tidak bisa kita cegah.

Meski demikian, menghadapi kematian orang yang kita kasihi tentu bukanlah hal yang mudah. Walaupun mungkin kita sudah merasakan tanda-tanda bahwa dia akan pergi, pulang kembali kepada Sang Pencipta, dan oleh karena itu kita sudah mulai menata dan menyiapkan hati kita untuk menerima dan merelakan kepergiannya, hal itu tetap saja sangat berat bagi kita. Karena itu wajar jika kita berduka. Wajar jika kita menangis. Tapi, janganlah kita berduka seperti orang yang tidak mengenal Tuhan. Janganlah kita menangis seperti orang yang tidak memiliki pengharapan. Sehingga kita kemudian menjadi putus asa, merasa dunia kita sudah berakhir, yang membuat kita tidak mau makan, tidur, menjaga kesehatan kita, yang tentunya akan merugikan diri kita sendiri. Dan tentu saja ini bukanlah hal yang diinginkan oleh Tuhan, juga oleh almarhum.

Pengkhotbah mengatakan untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya. Ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap, ada waktu untuk menari. Ada waktu untuk berduka karena kepergian almarhum yang kita kasihi, tetapi ada waktu untuk bangkit dari duka itu, kembali menjalani kehidupan kita dengan baik, dan melanjutkan setiap tugas yang belum sempat diselesaikan oleh almarhum, melanjutkan perbuatan baik dan teladan yang ditinggalkan oleh almarhum bagi setiap kita. Saya rasa inilah yang diinginkan almarhum bagi setiap kita, terutama bagi keluarga yang sedang berduka karena ditinggalkan. Almarhum tentu tidak senang dan tidak akan tenang melihat kita terus-menerus berduka dan menangisi kepergiannya untuk waktu yang (sangat) lama, sehingga kita kemudian tidak bisa dan tidak mau menjalani kehidupan kita dengan baik. Tetapi almarhum akan sangat senang dan tenang di sana jika kita mampu bangkit dari duka kita, kembali bersukacita, dan mau menjalani kehidupan serta tugas-tugas kita sebagai anak-anak Tuhan dengan baik.

Ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap, ada waktu untuk menari. Jadi, berdukalah jika memang sedang berduka. Dan menangislah jika memang memerlukannya. Tapi, berdukalah seperti orang yang mengenal Tuhan. Dan menangislah seperti orang yang memiliki pengharapan. Sehingga pada waktunya nanti, kita boleh kembali bersukacita, kembali menjalani kehidupan dan tugas-tugas kita sebagai anak-anak Tuhan dengan baik, melanjutkan setiap tugas yang belum sempat diselesaikan oleh almarhum, melanjutkan perbuatan baik dan teladan yang ditinggalkan oleh almarhum bagi setiap kita. Karena Tuhan tidak pernah dan tidak akan pernah meninggalkan kita. Kasih setia dan damai sejahtera-Nya selalu ada bagi setiap kita. Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati setiap kita. Seperti lagu nomor 170 dalam buku pujian Nyanyikanlah Kidung Baru yang kita miliki, Tuhan sudah menjanjikan pelangi di balik duka kita. Dan sekali Ia berjanji, Ia tidak akan pernah mengingkarinya. Sekali Ia berjanji, Ia akan selalu menepatinya sesuai dengan waktu yang telah ditetapkannya; waktu yang tidak pernah salah dan waktu yang selalu indah. Amin.

Syair: Love’s Rainbow; Flora Kirkland
Terjemahan: E. L. Pohan
Lagu: I. H. Meredith

1
Jalan hidup tak selalu tanpa kabut yang pekat,
namun kasih Tuhan nyata pada waktu yang tepat.
Mungkin langit tak terlihat oleh awan yang tebal,
di atasnyalah membusur p’langi kasih yang kekal.

Refrein:
Habis hujan tampak p’langi bagai janji yang teguh,
di balik duka menanti p’langi kasih Tuhanmu.

2
Jika badai menyerangmu, awan turun menggelap,
carilah di atas awan p’langi kasih yang tetap.
Lihatlah warna-warninya, lambang cinta yang besar,
Tuhan sudah b’ri janjiNya, jangan lagi ‘kau gentar.

3
 Jauhkan takut, putus asa, walau jalanmu gelap,
perteguh kepercayaan dan langkahmu pertegap.
“Tuhan itu ada kasih”, itulah penghiburmu,
di atas duka bercahaya p’langi kasih Tuhanmu.
 
by: ckk ^_^
21 Juni 2013
kamarku ~ Jombang
sekitar pk 11.00 WIB

Comments







Instagram