Skip to main content

Hati Kecilku

Lama...
Lama sekali aku tersesat dalam hutan asmara.
Merasakan dinginnya,
Gelapnya,
Lika-likunya yang tak berpangkal dan tak berujung,
Sendirian.
Ya!
Hanya aku seorang diri.

Namun,
Aku tidak berdiam diri begitu saja.
Aku terus melangkah mengikuti hati kecilku,
Mengikuti kaki-kaki kecilku,
Ke mana pun mereka hendak membawaku pergi.
Aku terus mencari mengikuti hati kecilku,
Mengikuti mata-mata kecilku,
Apa pun yang hendak mereka cari.

Aku tak mengerti ke mana aku harus melangkah.
Semuanya dingin,
Tak ada kehangatan sedikit pun.
Aku pun tak mengerti apa yang harus ku cari.
Semuanya gelap,
Tak ada cahaya sedikit pun.
Namun,
Aku terus melangkah,
Aku terus mencari.

Sampai suatu ketika,
Aku melihat secercah cahaya di kejauhan.
Cahaya itu sangat amat kecil,
Tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kegelapan yang menyelimutiku.
Tetapi,
Cahaya kecil itu terasa hangat
Dan sangat mengundang.
Ia seolah memanggil-manggilku
Untuk datang kepadanya.

Hati kecilku pun melonjak kegirangan.
Mungkin itulah yang selama ini ia cari,
Yang menguatkan kaki-kaki kecilku untuk terus melangkah,
Dan mata-mata kecilku untuk terus mencari,
Dalam dinginnya,
Gelapnya,
Lika-likunya hutan asmara yang tak berpangkal dan berujung.

Kaki-kaki kecilku semakin mantap untuk melangkah menuju cahaya kecil itu
Dan mata-mata kecilku tak bisa berpaling sedikit pun dari cahaya kecil itu.
Semakin dekat,
Cahaya kecil itu semakin besar,
Semakin hangat,
Semakin mengundang,
Dan semakin memberi harapan.
Hati kecilku semakin melonjak kegirangan,
Memantapkan kaki-kaki kecilku untuk terus melangkah,
Semakin lama semakin cepat,
Memantapkan mata-mata kecilku untuk terus menatap,
Semakin lama semakin lekat.

Saat cahaya kecil itu sudah sama besarnya
Dengan kegelapan yang menyelimutiku,
Mata-mata kecilku melihat sebuah pintu gerbang
Yang berdiri tinggi menjulang
Dan sangat kokoh.
Di dalam pintu gerbang itu,
Mata-mata kecilku melihat sebuah istana
Yang berdiri dengan segala keindahan dan kemegahannya.

Pintu gerbang itu terbuka sedikit,
Seolah mengundangku untuk masuk ke dalamnya.
Hati kecilku semakin melonjak kegirangan,
Memantapkan kaki-kaki kecilku untuk terus melangkah,
Semakin lama semakin cepat,
Memantapkan mata-mata kecilku untuk terus menatap,
Semakin lama semakin lekat.

Semakin dekat diriku dengan pintu gerbang itu,
Semakin lebar pintu gerbang itu terbuka,
Semakin hangat sekelilingku,
Semakin lenyap kegelapan yang menyelimutiku,
Semakin jelas jalan di depanku.
Pintu gerbang yang terbuka semakin lebar itu,
Memberi harapan yang semakin besar untukku.

Tetapi...
Saat aku sudah sampai di depan pintu gerbang itu,
Sudah berdiri tepat di hadapannya,
Hanya tinggal satu langkah saja untuk masuk ke dalamnya,
Pintu gerbang itu langsung menutup
Tepat di hadapanku,
Tepat di depan mataku,
Dan aku hanya mampu terdiam;
Tidak sanggup mengatakan
Dan melakukan apa-apa.

Hati kecilku sangat hancur.
Ia tidak melonjak kegirangan lagi.
Bahkan, ia tidak mampu tersenyum lagi.
Hanya kesunyian dan kehampaan belaka
Yang menemani hati kecilku.

Hati kecilku begitu hancur,
Begitu rapuh,
Sehingga ia memaksa mata-mata kecilku
Untuk memalingkan tatapannya,
Memaksa kaki-kaki kecilku
Untuk menyeret langkahnya menjauh
Dari pintu gerbang yang berdiri tinggi menjulang
Dan sangat kokoh itu.

Walaupun sangat ingin tetap menatap pintu gerbang itu,
Tetap berdiri tepat di hadapan pintu gerbang itu,
Dan menunggu pintu gerbang itu terbuka lagi,
Mata-mata kecilku dan kaki-kaki kecilku
Tidak mempunyai pilihan,
Tidak mampu berbuat apa-apa,
Selain mengikuti keinginan hati kecilku
Yang sudah sangat hancur itu.

Maka...
Perlahan tapi pasti,
Mata-mata kecilku memalingkan tatapannya
Dan kaki-kaki kecilku menyeret langkahnya
Menjauhi pintu gerbang yang berdiri tinggi menjulang
Dan sangat kokoh itu.
Mata-mata kecilku kembali mencari,
Kaki-kaki kecilku kembali melangkah,
Menuju hutan asmara
Yang selama ini menemaniku
Dalam kesendirian dan kehancuranku.

Aku masuk semakin dalam dan semakin dalam
Ke dalam hutan asmara itu.
Merasakan kembali dinginnya,
Gelapnya,
Lika-likunya yang tak berpangkal dan tak berujung,
Sendirian.
Ya!
Hanya aku seorang diri.

Namun,
Kali ini aku hanya berdiam diri.
Hati kecilku,
Kaki-kaki kecilku,
Tidak melangkah ke mana pun.
Hati kecilku,
Mata-mata kecilku,
Tidak mencari apa pun.

Aku hanya berdiam diri,
Tak melangkah ke mana pun,
Tak menatap apa pun,
Tak mencari apa pun.
Hanya berdiam diri,
Dengan hati yang begitu hancur
Dan begitu rapuh.
Menanti secercah cahaya
Yang mau mendatangi,
Menemani,
Menghangatkan,
Dan menyembuhkan hati kecilku
Yang begitu hancur
Dan begitu rapuh.

by: ckk ^^
16 Mei 2011
dalam perjalanan menuju Sarangan

Comments







Instagram